Banyak orang mengira bahwa sendawa setelah makan adalah tanda bahwa mereka sudah kenyang. Padahal, anggapan ini tidak sepenuhnya benar.
Sendawa sebenarnya merupakan respons tubuh untuk melepaskan udara yang tertelan selama makan atau minum, bukan indikator bahwa perut sudah penuh.
Saat makan, kita sering kali menelan udara bersama dengan makanan dan minuman, terutama jika kita makan terlalu cepat, berbicara sambil makan, atau mengonsumsi minuman berkarbonasi.
Udara ini kemudian terperangkap di dalam perut dan menyebabkan perasaan tidak nyaman atau kembung. Tubuh merespons dengan mengeluarkan udara tersebut melalui sendawa.
Dr. Robynne Chutkan, seorang ahli gastroenterologi, menjelaskan bahwa sendawa adalah mekanisme tubuh untuk mengurangi tekanan di perut akibat gas yang terperangkap.
“Sendawa lebih berkaitan dengan pembuangan gas daripada dengan rasa kenyang,” jelasnya.
Jadi, meskipun sendawa dapat terjadi setelah makan, hal ini tidak berarti bahwa tubuh sudah mendapatkan cukup makanan.
Sementara itu, rasa kenyang sebenarnya lebih berkaitan dengan sinyal kompleks yang melibatkan hormon, otak, dan sistem pencernaan. Hormon seperti leptin dan ghrelin berperan dalam mengatur rasa lapar dan kenyang.
Ketika kita makan, perut mengirim sinyal ke otak bahwa ia mulai terisi, yang kemudian menyebabkan perasaan kenyang. Proses ini bisa memakan waktu, itulah sebabnya mengapa disarankan untuk makan perlahan agar tubuh memiliki waktu untuk merespons dan menghindari makan berlebihan.
Kesalahpahaman bahwa sendawa adalah tanda kenyang dapat menyebabkan kebiasaan makan yang tidak sehat, seperti makan terlalu cepat atau tidak mendengarkan sinyal kenyang yang sebenarnya dari tubuh.
Untuk menjaga pola makan yang sehat, penting untuk memperhatikan sinyal tubuh yang lebih akurat, seperti perasaan kenyang yang datang secara bertahap setelah makan dalam jumlah yang cukup.
