
Pernahkah Anda mengalami sensasi tersentak tiba-tiba saat sedang tertidur, seolah-olah Anda jatuh dari ketinggian?
Fenomena ini dikenal sebagai hypnic jerk atau sleep start, dan meskipun sering terjadi, banyak orang masih merasa bingung dan cemas saat mengalaminya.
Fenomena ini sebenarnya cukup umum dan biasanya tidak berbahaya, tetapi apa yang sebenarnya terjadi di balik sensasi aneh ini?
Hypnic jerk adalah sebuah kontraksi otot yang terjadi secara tiba-tiba ketika kita sedang dalam tahap awal tidur, tepatnya pada fase transisi antara bangun dan tidur. Pada saat ini, tubuh mulai rileks, dan detak jantung serta pernapasan melambat.
Namun, kadang-kadang otak salah menafsirkan sinyal relaksasi ini sebagai tanda bahwa tubuh sedang jatuh, sehingga otak memberikan sinyal untuk “menyelamatkan” diri dengan menciptakan gerakan tiba-tiba, seperti tersentak atau kejang otot.
Menurut para ahli, hypnic jerk dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk stres, kelelahan, konsumsi kafein, atau kurang tidur.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Sleep Research menunjukkan bahwa orang yang mengalami tingkat stres tinggi cenderung lebih sering mengalami fenomena ini. Ketika seseorang merasa stres atau cemas, sistem saraf mereka lebih aktif, yang dapat memicu hypnic jerk saat mereka mulai tertidur.
Selain itu, gaya hidup yang tidak sehat, seperti mengonsumsi terlalu banyak kafein atau tidak cukup tidur, juga dapat meningkatkan kemungkinan mengalami hypnic jerk. Kafein, misalnya, adalah stimulan yang dapat mengganggu proses relaksasi tubuh, sehingga membuat otak lebih mungkin salah menafsirkan sinyal-sinyal tubuh saat memasuki tahap tidur.
Meskipun hypnic jerk umumnya tidak berbahaya, fenomena ini bisa menjadi masalah jika sering terjadi dan mengganggu kualitas tidur. Jika Anda merasa terganggu oleh hypnic jerk yang terjadi terlalu sering, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk menguranginya.
Mengurangi konsumsi kafein, menjaga rutinitas tidur yang teratur, dan mengelola stres melalui teknik relaksasi seperti meditasi atau pernapasan dalam dapat membantu mengurangi frekuensi fenomena ini.