
Dalam beberapa tahun terakhir, tren memanjangkan jenggot di kalangan laki-laki kembali populer. Bukan hanya selebriti atau tokoh publik, banyak pria dari berbagai latar belakang yang kini memilih untuk memelihara jenggot.
Ada berbagai alasan yang melatarbelakangi keputusan ini, mulai dari faktor estetika hingga budaya dan kesehatan.
Salah satu alasan utama mengapa banyak laki-laki gemar memanjangkan jenggot adalah karena jenggot sering dianggap sebagai simbol maskulinitas.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Behavioral Ecology, jenggot dapat meningkatkan persepsi kekuatan, dominasi, dan kejantanan pada pria.
Banyak pria merasa bahwa dengan memelihara jenggot, mereka bisa tampil lebih dewasa dan berwibawa. Selain itu, jenggot sering dikaitkan dengan identitas budaya atau agama, di mana memanjangkan jenggot menjadi bagian dari tradisi atau keyakinan.
Dari sudut pandang estetika, jenggot juga dapat memberikan dimensi baru pada penampilan wajah. Bagi sebagian pria, jenggot membantu menyembunyikan fitur wajah yang kurang diinginkan, seperti dagu yang lemah atau kulit yang tidak merata.
Selain itu, jenggot bisa memberikan struktur wajah yang lebih tegas, membuat pria terlihat lebih menarik dan percaya diri.
Selain alasan estetika dan budaya, ada juga klaim bahwa memanjangkan jenggot memiliki manfaat kesehatan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenggot dapat melindungi kulit dari paparan sinar matahari yang berlebihan, sehingga mengurangi risiko kanker kulit.
Jenggot juga dikatakan mampu menjaga kelembapan kulit dengan mengurangi penguapan air, serta mencegah jerawat dengan menangkap debu dan kotoran yang mungkin menyumbat pori-pori.
Namun, di balik popularitas jenggot, ada pula tanggung jawab untuk merawatnya. Jenggot yang tidak terawat bisa menjadi tempat berkembang biaknya bakteri, yang berpotensi menyebabkan masalah kulit seperti iritasi atau infeksi.
Oleh karena itu, penting bagi pria yang memelihara jenggot untuk menjaga kebersihannya dengan rutin mencuci dan merawatnya.