Air fryer telah menjadi alat masak yang populer dalam beberapa tahun terakhir karena klaimnya yang menjanjikan masakan lebih sehat dengan sedikit atau tanpa minyak.
Namun, apakah benar memasak dengan air fryer dijamin lebih sehat?
Air fryer bekerja dengan cara mengedarkan udara panas di sekitar makanan, menciptakan efek “goreng” tanpa membutuhkan banyak minyak. Hal ini jelas menjadi alternatif yang menarik bagi banyak orang yang ingin menikmati makanan gorengan tanpa tambahan kalori dan lemak dari minyak.
Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Food Science menyebutkan bahwa air fryer dapat mengurangi kandungan lemak dalam makanan hingga 70-80% dibandingkan dengan metode menggoreng tradisional.
Namun, meski air fryer mengurangi penggunaan minyak, apakah itu berarti lebih sehat secara keseluruhan? Jawabannya tergantung pada jenis makanan yang dimasak. Memasak sayuran, ikan, atau ayam tanpa lemak dengan air fryer tentu lebih sehat karena mengurangi lemak jenuh.
Tetapi, jika Anda menggunakan air fryer untuk makanan olahan seperti nugget atau kentang beku, manfaat kesehatannya bisa lebih sedikit karena makanan ini masih tinggi natrium dan bahan pengawet.
Selain itu, meskipun air fryer mengurangi penggunaan minyak, suhu tinggi yang digunakan dalam proses memasak ini bisa memicu pembentukan senyawa berbahaya seperti akrilamida, terutama pada makanan yang mengandung pati, seperti kentang.
Akrilamida telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker menurut European Food Safety Authority (EFSA). Jadi, meskipun air fryer dapat mengurangi kalori dan lemak, perhatian juga harus diberikan pada jenis makanan dan suhu memasak.
Dari perspektif kesehatan, air fryer memang bisa menjadi pilihan yang lebih sehat dibandingkan menggoreng tradisional, asalkan digunakan dengan bijak. Memasak makanan segar dan menghindari makanan olahan tetap menjadi kunci dalam menjaga kesehatan.
Namun, seperti halnya metode masak lainnya, hasil akhirnya tergantung pada bahan makanan yang Anda pilih.
