
Mungkin terdengar aneh, tapi kentut sapi ternyata berkontribusi terhadap pemanasan global. Bagaimana bisa?
Sapi, seperti hewan pemamah biak lainnya, menghasilkan gas metana sebagai bagian dari proses pencernaan mereka.
Metana ini dilepaskan ke atmosfer melalui kentut dan sendawa sapi, dan gas metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang kuat, bahkan lebih kuat dari karbon dioksida dalam menjebak panas di atmosfer.
Dalam skala besar, peternakan sapi di seluruh dunia menghasilkan jumlah gas metana yang signifikan. Setiap tahunnya, miliaran ton metana dilepaskan oleh sapi-sapi yang ada di industri peternakan.
Gas metana ini berperan besar dalam pemanasan global karena kemampuan metana dalam menjebak panas 25 kali lebih kuat daripada karbon dioksida. Dengan kata lain, meskipun metana tidak sebanyak karbon dioksida di atmosfer, efeknya terhadap pemanasan bumi jauh lebih besar.
Selain dari kentut dan sendawa, gas metana juga dihasilkan dari limbah kotoran sapi yang menumpuk di peternakan besar. Jadi, permasalahan gas rumah kaca ini tidak hanya terbatas pada pencernaan sapi, tapi juga terkait dengan manajemen limbah ternak.
Dalam beberapa tahun terakhir, ilmuwan dan para peneliti berupaya untuk mengurangi dampak ini dengan berbagai cara. Salah satunya adalah mencari cara untuk mengubah pola makan sapi agar produksi gas metana berkurang.
Beberapa solusi yang sedang diuji coba termasuk menambahkan suplemen tertentu ke dalam pakan sapi atau bahkan merancang diet khusus yang lebih ramah lingkungan.
Meskipun demikian, kontribusi kentut sapi terhadap pemanasan global menjadi bukti bahwa pemanasan global adalah masalah yang kompleks dan membutuhkan perhatian dari berbagai sektor.
Sapi mungkin terlihat tak berbahaya, namun skala industri peternakan yang besar membuat dampaknya terhadap lingkungan menjadi cukup signifikan.