
Gagasan bahwa kumpulan kentut bisa memiliki kekuatan yang setara dengan bom atom mungkin terdengar lucu, tapi apakah ada kebenaran di baliknya?
Dalam banyak perbincangan santai atau meme internet, muncul pernyataan bahwa jika gas yang dihasilkan oleh kentut dikumpulkan dalam jumlah besar, kekuatan ledakannya bisa mendekati skala bom atom.
Meski klaim ini menarik untuk dibahas, secara ilmiah, konsep ini tidaklah akurat.
Kentut, atau secara ilmiah disebut flatulensi, sebagian besar terdiri dari gas-gas seperti nitrogen, oksigen, karbon dioksida, metana, dan hidrogen. Dari semua komponen tersebut, metana dan hidrogen adalah gas yang mudah terbakar.
Namun, jumlah metana dalam satu kali kentut manusia rata-rata hanya berkisar 5-10%. Bahkan jika kita mengumpulkan gas dari seluruh populasi dunia, jumlah energi yang dihasilkan dari pembakaran metana tidak akan mendekati kekuatan destruktif dari bom atom.
Bom atom bekerja berdasarkan prinsip reaksi nuklir yang melibatkan pemecahan inti atom, melepaskan energi dalam jumlah yang sangat besar dalam waktu singkat. Sebaliknya, gas yang dihasilkan oleh kentut bersifat kimiawi dan tidak memiliki mekanisme yang bisa menciptakan energi sekuat ledakan nuklir.
Sebuah studi yang dilakukan oleh para ilmuwan di bidang energi menunjukkan bahwa meskipun gas metana dalam jumlah besar dapat menghasilkan energi, pengumpulan dan pemanfaatannya tidak akan setara dengan skala energi yang dihasilkan oleh senjata nuklir.
Secara sederhana, meskipun ide ini populer sebagai lelucon, klaim bahwa kumpulan kentut bisa setara dengan kekuatan bom atom sepenuhnya adalah mitos yang tidak berdasar.
Gas yang dihasilkan manusia melalui flatulensi terlalu sedikit dan tidak cukup kuat untuk menciptakan ledakan dengan daya hancur yang sama.
Jadi, meskipun menyenangkan untuk membayangkan hal tersebut, realitasnya tidaklah sedramatis yang dibayangkan.