
Tibet, wilayah yang terkenal dengan budayanya yang kaya dan unik, memiliki salah satu tradisi yang jarang diketahui oleh dunia luar: memberi salam dengan menjulurkan lidah.
Bagi masyarakat Tibet, menjulurkan lidah bukanlah tindakan yang tidak sopan, melainkan bentuk penghormatan dan cara menyambut orang lain.
Tradisi ini berasal dari sebuah kepercayaan kuno yang berakar pada sejarah raja Tibet di abad ke-9, Langdarma. Langdarma dikenal sebagai raja yang kejam dan dipercaya memiliki lidah hitam.
Setelah kematiannya, masyarakat Tibet khawatir bahwa raja tersebut akan bereinkarnasi, sehingga untuk meyakinkan bahwa mereka bukan jelmaan sang raja, orang Tibet mulai menjulurkan lidah mereka sebagai tanda bahwa lidah mereka tidak hitam.
Hingga kini, tradisi ini masih hidup dalam beberapa komunitas Tibet, terutama di daerah-daerah terpencil.
Ketika seseorang menjulurkan lidah untuk memberi salam, itu dianggap sebagai tanda kerendahan hati dan niat baik. Salam ini biasanya juga disertai dengan gerakan tangan yang terlipat di dada.
Bagi banyak wisatawan, tradisi ini tentu menarik dan sedikit mengejutkan, karena berbeda dari kebiasaan memberi salam di sebagian besar negara lainnya.
Namun, bagi orang Tibet, ini adalah cara yang hangat dan penuh hormat untuk menyambut tamu maupun bertemu dengan teman lama.