
Keindahan memiliki standar yang beragam di berbagai budaya di dunia. Salah satu tradisi yang paling unik dan mencolok adalah praktik memanjangkan kepala di antara suku Lipombo di Afrika Tengah, khususnya di wilayah Kongo.
Bagi suku ini, bentuk kepala yang memanjang dianggap sebagai simbol kecantikan, status sosial, dan kebijaksanaan. Semakin panjang bentuk kepala seseorang, semakin tinggi pula penghargaan terhadapnya di komunitas tersebut.
Tradisi memanjangkan kepala, yang dikenal sebagai lipombo, dilakukan sejak bayi. Prosesnya dimulai dengan membalut kepala bayi menggunakan kain atau perangkat khusus untuk membentuk tengkorak menjadi lebih lonjong.
Ini dilakukan pada usia sangat muda ketika tengkorak masih lunak dan dapat dibentuk. Praktik ini membutuhkan kesabaran dan perhatian khusus karena harus dilakukan secara perlahan untuk menghindari komplikasi.
Bagi suku Lipombo, bentuk kepala yang panjang bukan hanya tentang estetika tetapi juga warisan budaya. Mereka percaya bahwa kepala yang memanjang mencerminkan kecerdasan, keanggunan, dan status keluarga yang terhormat.
Oleh karena itu, tradisi ini dipandang sebagai bagian dari identitas suku yang sangat penting untuk dilestarikan.
Namun, dengan modernisasi dan pengaruh budaya luar, tradisi ini semakin jarang dipraktikkan. Banyak generasi muda yang memilih untuk tidak melanjutkan tradisi ini karena perubahan pandangan tentang kecantikan dan kesehatan.
Meski begitu, beberapa keluarga di komunitas Lipombo masih menjaga tradisi ini sebagai bentuk penghormatan terhadap nenek moyang mereka.