
Di pegunungan utara Filipina, suku Kalinga menjaga tradisi kuno yang penuh makna dan keindahan artistik: seni mentato tubuh menggunakan teknik tradisional.
Praktik ini bukan sekadar bentuk ekspresi diri, tetapi juga simbol keberanian, status sosial, dan penghormatan terhadap warisan leluhur. Seni mentato badan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya suku Kalinga selama berabad-abad.
Berbeda dengan tato modern yang menggunakan mesin, tato tradisional Kalinga dibuat dengan teknik manual yang disebut hand-tapping. Prosesnya melibatkan batang bambu, duri jeruk sebagai jarum, dan tinta alami dari campuran jelaga serta air.
Motif yang dihasilkan biasanya berupa pola geometris, garis-garis simetris, hingga simbol yang memiliki makna spiritual. Tato ini sering kali mencerminkan perjalanan hidup seseorang, seperti pencapaian dalam perang, tanda penghormatan, atau perlindungan dari roh jahat.
Salah satu tokoh ikonik dari tradisi ini adalah Whang-Od Oggay, seorang perempuan lansia yang dikenal sebagai mambabatok atau seniman tato tertua suku Kalinga.
Di usianya yang sudah lebih dari seratus tahun, Whang-Od terus melestarikan tradisi ini, bahkan mengajarkannya kepada generasi muda. Whang-Od menjadi simbol kebanggaan bagi suku Kalinga sekaligus daya tarik wisata budaya di Filipina.
Tradisi tato Kalinga tidak hanya sarat makna tetapi juga merupakan cerminan hubungan mendalam antara manusia dan alam. Tinta yang digunakan berasal dari bahan-bahan alami, dan pola-pola yang dibuat sering kali terinspirasi oleh elemen alam seperti pegunungan, sungai, atau hewan.
Ini menunjukkan bagaimana masyarakat Kalinga menghormati dan menghargai lingkungan sekitar mereka.
Namun, di tengah dunia modern yang terus berkembang, tradisi ini menghadapi tantangan. Banyak generasi muda yang mulai meninggalkan tradisi tato karena pengaruh gaya hidup modern.
Meski demikian, upaya pelestarian terus dilakukan, baik oleh komunitas Kalinga sendiri maupun pemerintah Filipina. Tradisi tato Kalinga kini juga mendapat perhatian internasional sebagai warisan budaya yang harus dijaga.