Kentut adalah fenomena biologis yang dialami semua manusia. Namun, pernahkah Anda mendengar klaim bahwa jika gas yang dikeluarkan tubuh ini dikumpulkan selama bertahun-tahun, kekuatannya bisa menyamai ledakan bom atom?
Kedengarannya seperti teori yang konyol, tetapi mari kita kupas fakta ilmiahnya.
Kentut terdiri dari berbagai gas, seperti nitrogen, oksigen, karbon dioksida, metana, dan hidrogen. Dari semua itu, metana dan hidrogen adalah gas yang mudah terbakar. Inilah alasan mengapa beberapa eksperimen membuktikan bahwa kentut bisa menyala jika terkena api.
Namun, jumlah gas yang dihasilkan tubuh manusia dalam sehari sangat kecil, yaitu sekitar 0,5 hingga 1,5 liter. Bahkan jika seseorang kentut 20 kali sehari selama 80 tahun, jumlah gas yang terkumpul hanya sekitar 584.000 liter—itu pun jika gasnya bisa disimpan tanpa bocor.
Sebagai perbandingan, bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima pada tahun 1945 memiliki daya ledak sekitar 15 kiloton TNT. Untuk menghasilkan energi sebesar itu, dibutuhkan reaksi nuklir yang melibatkan pemecahan atom, sesuatu yang jauh berbeda dari proses biologis dalam tubuh manusia.
Bahkan jika semua gas kentut yang dikumpulkan selama seumur hidup bisa terbakar sekaligus, energinya tidak akan cukup untuk menghancurkan sebuah bangunan kecil, apalagi menyamai kekuatan bom atom.
Jadi, meskipun kentut memang mengandung gas yang mudah terbakar, gagasan bahwa gas ini bisa dikumpulkan dan memiliki daya ledak setara bom atom adalah mitos yang tidak berdasar secara ilmiah.
Namun, jika bicara tentang dampak lingkungan, emisi metana dari hewan ternak seperti sapi dalam skala besar memang bisa berkontribusi terhadap pemanasan global—tetapi itu adalah cerita lain yang lebih nyata dibandingkan dengan ledakan kentut manusia.
