
Pernahkah Anda menatap langit malam dan bertanya-tanya apakah bintang yang Anda lihat masih ada? Faktanya, cahaya bintang yang sampai ke Bumi memang berasal dari masa lalu.
Fenomena ini terjadi karena cahaya membutuhkan waktu untuk menempuh jarak yang sangat jauh di alam semesta sebelum akhirnya bisa dilihat oleh mata manusia.
Setiap cahaya bergerak dengan kecepatan sekitar 299.792 kilometer per detik di ruang hampa. Meskipun itu adalah kecepatan tertinggi yang diketahui dalam fisika, jarak antara Bumi dan bintang-bintang di luar angkasa begitu luas sehingga cahayanya memerlukan waktu bertahun-tahun, bahkan ribuan hingga jutaan tahun, untuk mencapai kita.
Oleh karena itu, saat kita melihat sebuah bintang di langit, kita sebenarnya sedang melihat kondisi bintang tersebut di waktu lampau.
Sebagai contoh, bintang Betelgeuse di rasi Orion berjarak sekitar 642 tahun cahaya dari Bumi. Artinya, cahaya Betelgeuse yang kita lihat malam ini sebenarnya dipancarkan sekitar 642 tahun yang lalu. Jika bintang tersebut meledak hari ini, manusia di Bumi baru akan mengetahui peristiwa itu ratusan tahun ke depan.
Fenomena ini juga berlaku untuk objek-objek lain di luar angkasa, termasuk galaksi. Galaksi Andromeda, misalnya, berjarak sekitar 2,5 juta tahun cahaya, yang berarti cahaya yang kita lihat hari ini berasal dari Andromeda seperti kondisinya 2,5 juta tahun yang lalu.
Bahkan, ketika teleskop seperti James Webb Space Telescope (JWST) mengamati galaksi-galaksi jauh, para astronom sebenarnya sedang melihat gambaran alam semesta pada miliaran tahun yang lalu, mendekati masa ketika alam semesta baru saja terbentuk.
Jadi, ketika Anda menatap bintang di langit malam, Anda sebenarnya sedang mengintip sejarah kosmik. Cahaya yang Anda lihat adalah jendela menuju masa lalu, memberikan kita wawasan tentang bagaimana alam semesta berevolusi seiring waktu. Fenomena ini bukan hanya sekadar teori, tetapi fakta ilmiah yang terus dipelajari dan dikonfirmasi oleh para astronom di seluruh dunia.