Di era digital saat ini, ponsel telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari bekerja, belajar, hingga bersosialisasi, semuanya bisa dilakukan hanya dengan menatap layar dalam waktu lama. Namun, kebiasaan ini ternyata membawa dampak negatif bagi kesehatan, baik secara fisik maupun mental.
Salah satu bahaya utama dari menatap layar ponsel seharian adalah ketegangan mata digital atau digital eye strain. Terlalu lama menatap layar bisa menyebabkan mata cepat lelah, kering, hingga munculnya sakit kepala. Cahaya biru yang dipancarkan dari layar ponsel juga dapat mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur tidur. Akibatnya, seseorang bisa mengalami kesulitan tidur atau kualitas tidur yang buruk.
Selain itu, kebiasaan menatap layar ponsel terlalu lama juga bisa memengaruhi postur tubuh. Tanpa disadari, posisi membungkuk saat bermain ponsel dapat menyebabkan nyeri pada leher dan punggung, yang dikenal sebagai text neck syndrome. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berujung pada masalah tulang belakang yang lebih serius.
Dampak lainnya yang sering diabaikan adalah gangguan psikologis. Terlalu sering menatap layar, terutama untuk mengakses media sosial, dapat meningkatkan risiko stres, kecemasan, bahkan depresi. Informasi yang berlebihan, tekanan dari media sosial, serta kecanduan scrolling tanpa sadar dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang.
Tak hanya itu, paparan layar dalam waktu lama juga bisa berdampak pada produktivitas. Terlalu sering terpaku pada ponsel dapat mengganggu fokus dan konsentrasi, sehingga menghambat pekerjaan atau aktivitas lainnya. Kebiasaan ini juga bisa mengurangi interaksi sosial secara langsung, yang penting untuk kesejahteraan emosional.
Untuk mengurangi risiko tersebut, penting bagi kita untuk mengatur waktu penggunaan ponsel dengan bijak. Istirahatkan mata setiap 20 menit dengan melihat objek yang jauh selama beberapa detik, kurangi kecerahan layar, dan hindari penggunaan ponsel sebelum tidur. Dengan cara ini, kesehatan mata, postur tubuh, serta kesejahteraan mental bisa tetap terjaga meski hidup di era digital yang serba terhubung.
