
Di tengah ancaman krisis pangan global, masyarakat adat Kasepuhan Ciptabumi di Sukabumi justru memiliki sistem ketahanan pangan yang luar biasa. Komunitas adat ini diketahui menyimpan cadangan beras yang cukup untuk bertahan hingga 95 tahun ke depan. Tradisi ini bukanlah sesuatu yang baru, melainkan warisan leluhur yang telah dijaga selama ratusan tahun.
Masyarakat Kasepuhan Ciptabumi menerapkan sistem penyimpanan beras di lumbung yang dikenal sebagai “leuit.” Berbeda dengan penyimpanan modern yang rentan terhadap hama dan pembusukan, leuit menggunakan metode alami yang membuat beras tetap awet dalam jangka waktu sangat lama tanpa perlu bahan kimia.
Beras yang disimpan di leuit tidak boleh dijual atau dikonsumsi secara sembarangan, melainkan hanya digunakan dalam keadaan darurat atau saat terjadi krisis pangan.
Prinsip utama yang dipegang oleh masyarakat adat ini adalah “pare tidak boleh habis di lumbung.” Oleh karena itu, mereka selalu menanam padi secara berkelanjutan tanpa menggunakan bahan kimia, sehingga kualitas beras tetap terjaga dan lingkungan tetap lestari. Sistem pertanian mereka juga berbasis kearifan lokal, di mana mereka mematuhi siklus tanam yang telah ditentukan secara adat.
Keunikan Kasepuhan Ciptabumi dalam menjaga ketahanan pangan ini menjadi contoh bagaimana kearifan lokal bisa menjadi solusi di tengah tantangan modern.
Di saat banyak daerah mengalami ketergantungan terhadap pasokan beras dari luar, masyarakat adat ini justru membuktikan bahwa keberlanjutan pangan bisa dicapai dengan menjaga tradisi dan selaras dengan alam.