Banyak orang di Indonesia percaya bahwa naik motor tanpa jaket bisa bikin gampang masuk angin. Bahkan, jaket sudah jadi semacam “seragam wajib” bagi pengendara motor, entah itu untuk perjalanan jauh atau dekat.
Tapi, benarkah anggapan ini memang didukung fakta medis, atau hanya mitos yang sudah melekat di masyarakat?
Secara ilmiah, istilah “masuk angin” sebenarnya tidak dikenal dalam dunia medis. Namun, gejala yang sering dikaitkan dengan masuk angin seperti badan pegal, perut kembung, meriang, dan mudah lelah memang bisa terjadi ketika tubuh mengalami penurunan daya tahan akibat terpaan angin dingin dalam waktu lama.
Saat naik motor tanpa mengenakan jaket, tubuh bisa kehilangan suhu idealnya lebih cepat, apalagi jika berkendara di pagi atau malam hari saat udara sedang dingin.
Paparan angin langsung ke tubuh dalam waktu lama juga bisa menyebabkan penyempitan pembuluh darah di permukaan kulit. Ini membuat sirkulasi darah jadi kurang optimal, dan pada beberapa orang, bisa memicu reaksi seperti menggigil atau pegal di tubuh.
Belum lagi debu dan polusi jalanan yang langsung menempel ke kulit dan bisa memperparah kondisi kesehatan, terutama bila sistem imun sedang lemah.
Jaket juga berfungsi sebagai pelindung tambahan dari risiko lain seperti sengatan matahari, debu, dan benturan ringan. Jadi, meskipun istilah masuk angin tidak secara medis merujuk pada satu penyakit spesifik, kebiasaan naik motor tanpa jaket memang bisa memicu kondisi yang bikin badan terasa tidak enak.
Kesimpulannya, naik motor tanpa jaket memang tidak secara langsung menyebabkan masuk angin, tapi bisa membuat tubuh lebih rentan terhadap gangguan kesehatan ringan.
Jadi, tak ada salahnya menjadikan jaket sebagai pelindung utama saat berkendara, bukan cuma untuk gaya, tapi juga demi menjaga daya tahan tubuh tetap prima sepanjang hari.
